Pengembara itu bertanya,
Apa itu manusia, Tuan?
Tuan itu berkata,
Manusia itu seteguk air, sedikit senyuman dan banyaknya sabar
Pengembara itu mengangguk seketika
Apa itu kehidupan, tuan? Tanya pengembara itu
Hidup itu seperti pengembara yang berjalan pergi, lalu berhenti sebentar untuk istirahat dibawah pohon rindang, pohon rindang itu lah dunia, kau bisa terlalai dengannya karena kesejukan dan keindahannya tapi kau akan pergi meninggalkannya.
pengembara itu termenung seketika.
Tuan itu,melanjutkan bicaranya.
Lihatlah pemuda, sungguh yang akhir itu lebih bari dari awalan
kesendirian membesarkan dan melatih jiwa, meresapi hati, menendalami arti, mengenali diri
sedangkan, keramaian mengerdilkan diri dengan mengenali hakikat esensi bahwa diri adalah ketiadaan yang hilang terbawa arus, kalau diri berasal dari ketiadaan lalu menuju ketiadaan lalu hanya kepadaNya lah kita kembali membawa segala persoalan yang tak sanggup dipikul
Ketahuilah bahwa segala dalam kehidupan memiliki lawannya, bersinggung dua sisi yang kadang tak bertemu ataupun berkaitan tapi tak melihatnya, atau manusia modern menyebutnya menyebutnya perspektif padahal sudah ada sejak manusia itu sendiri diciptakan
lihat ini nak, bahwa kehidupan dunia itu bagaikan Barat dan kehidupan akhir itu bagaikan Timur, kita, manusia ditengah-tengah, kau bisa condong ke salah satu atau memilih berdiri diantaranya
lihatlah hatimu, tapi ketauilah hati tak bisa condong ke keduanya
banyak hal dalam dunia ini kita amat menyukainya, padahal menuju sebab itu amatlah buruk lah perkara itu, kita tak menyadarinya sampai pelupuk menutup mata
ada sebab dan perkara dalam pandangan kita manusia sangat menyakitkan, terlihat buruk oleh mata awam manusia, tapi padahal itu amat baik kesudahannya, bahwa kita, manusia hakitkatnya tak punya pengetahuan apapun tentang apa yang terjadi kecuali Allah menghendaki demikian
Segala takdir itu baik esensinya, namun kita tak mampu melihatnya saat ini, hanya hikmah kemudian yang membuatnya masuk akal, lalu kita akan bersyukur dengan sebab itu
berjalan menuju sebab-sebab yang baik, meski menyakitkan namun akhirnya manis, seperti akar dari kesabaran itu pahit, tapi buahnya manis
walau kesenangan sesaat, pemuas nafsu buta, terlihat indah, mata tertipu menembak anak panah dengan mata tertutup malah membawa bencana akhirnya. Sebaliknya, yang pahit justru menyembuhkan,sedang sesuatu yang manis menyakiti materi semesta
pikirkan lah nak hidupmu walaus sejenak, berfikir sesaat lebih baik dari pada banyak ibadah tanpa berfikir
ketahuilah dirimu hakikat dan esensi kehidupan
Kesabaran itu pahit, tapi buahnya manis, begitu juga belajar dalam hidup
ketergesa-gesaan memuaskan nafsu, tapi hasilnya menusuk diri
sesuatu yang berat bisa terasa ringan karena hati ikhlas tak berharap apapun dari manusia, tapi yang ringan akan terasa berat tak ada daya ketika hati penuh harap kepada manusia
Menuju surga itu jalan yang panjang nan menanjak,kerikil serta batu menghadang,tak semua mau, padahal mampu
Tangga menuju neraka itu mudah, jalannya indah bebas tanpa hambatan, tapi sebenarnya yang buta itu bukan mata, tapi daging dalam tubuhmu, yang tuli bukan telingamu tapi itu daging dalam tubuh,itulah hati, master dari darimu
jika hatimu baik semuanya akan baik, sebaliknya jika hatimu buruk semuanya akan buruk
sampai akhir penyesalan, dan tak ada siapapun mampu menolong bahkan dirimu, harta dan keluargamu tak akan berarti
maka cerahkan lah hatimu,bersihkan dari noda menganggu
Menahan itu lebih berat dari pada mengeluarkan,mencari kemuliaan di dunia dengan materi hakikatnya seperti memegang air dengan tangan, seperti Hajar mencari air untuk Ismail tapi hanyalah fatamorgana belaka
Sementara melihat diri hina tak berdaya dan kuasa kecuali hanya Allah semata, kelak dimuliakan penduduk langit semesta dengan ucapan salam, selamat atas kesabaranmu seperti kala malam bercahayakan tahta bulan bintang
Lalu tua itu pergi melanjutkan perjalanan tanpa pernah kembali